Kategori
Rumah tangga sakinah

Proses ta’aruf yang benar dalam Islam

Mengenang 7 tahun pernikahan, fitri ingin nostalgia sedikit tentang proses ta’aruf menjelang pernikahan

Bisa dibilang, saya dan suami saya sama sekali gak pernah kenal sebelumnya. Gak pernah satu sekolah ataupun satu kampus.. dan yaa kenal gitu aja (apa sih)

Tapi, bukan ini yang ingin saya ceritakan disini.. bukan soal gimana cara saya kenal dengan suami.. tapi lebih ke bagaimana si proses ta’aruf sebenarnya dalam Islam

Nah, jadi yaa.. sepertinya dulu juga saya melakukan kesalahan dalam proses.. astaghfirullahal adzhim.. dan saya baru menyadari ada beberapa hal yang menurut saya salah dalam proses ta’aruf yang selama ini beredar di masyarakat. Bertahun-tahun saya berasumsi sendiri sampai akhirnya saya menemukan adanya lembaga yang sepemikiran sama saya, begini loh seharusnya ta’aruf itu..

Jadi, biasanya proses ta’aruf itu begini:
1. Ada lembaga/guru ngaji sebagai mediator
2. Ada ikhwan dan akhwat yang mau proses
3. Lembaga/guru ngaji saling tukar CV untuk diserahkan ke ikhwan dan akhwatnya
4. Jika CV oke, Ikhwan dan akhwat dipertemukan oleh lembaga/guru ngaji untuk bahas lebih dalam (nazhor)
5. Musyawarah dalam kelompok dan istikharah
6. Ikhwan perkenalan ke orang tua akhwat
7. Khitbah
8. Nikah

Ok, dimana letak saya gak setujunya? Saya gak setuju di poin no 4

Why??
Ya, menurut saya terasa aneh, kok yang jadi penentu maju mundurnya itu adalah lembaga/guru ngaji. Apalagi tidak ada mahram si akhwat disana yang notabene seharusnya ayahnya

Lho kan ada ntar di poin no 6

Ok, jadi ortu cuma lewat perizinan untuk khitbah? Sementara seharusnya ortu punya peran paling dominan untuk menyeleksi bibit bebet bobot calon mantunya

Sekarang, gimana kalo ternyata pas musyawarah no 4 dan 5 ada yang terlewat dibahas tentang keinginan ortu? Pas di no 6, rupanya ortunya gak setuju. Repot kan?

Nah jadi menurut saya mah ya seharusnya gini
Saling tukar CV tidak mengapa. Boleh saling bertanya melalui titipan saja (tidak ketemuan). Jika mau lanjut, si ikhwan perkenalan langsung ke rumah. Sampaikan niatnya, tanya jawablah disana, lengkap. Jika ok, silakan mulai proses nazhor. Setelah ok, khitbah trus nikah de

Kenapa saya sangat menekankan peran ortu disini? Karena betapa banyak ikhwan akhwat gak jadi nikah karena masalah idealismenya bertentangan dengan ortu. Mulai dari masalah suku, masalah pekerjaan, masalah keluarga, masalah mahar, dsb. Sementara, biasanya yang jadi idealisme ikhwan akhwatnya hanya seputar visi misi pernikahan ataupun urusan ngaji pasca menikah. Hal-hal yang klasik jarang dibahas padahal itu penting juga. Ya, karena menikah bukan hanya menyatukan 2 insan tapi 2 keluarga.. makanya disini saya sangat menekankan seharusnya ta’aruf itu libatkan ortu dari awal

Apalagi, sebenarnya definisi nazhor itu adalah memandang yang boleh dipandang. Jika akhwatnya berniqab, maka ia harus lepas niqabnya. Akhwat juga boleh memperlihatkan sebagian anggota tubuhnya yang tertutup, seperti sebagian rambut, jari jemarinya, maupun betisnya. Nah, yang begini haruslah ditemani oleh mahram si akhwat, bukan lembaga/guru ngaji

Jadi, kalo nazhor diartikan mempertemukan 2 calon oleh lembaga/guru ngaji ya salah banget menurut saya mah.. udah saling curi pandang sebelum waktunya itu mah.. apalagi perwakilan lembaga/guru ngaji ikhwannya ikut mandangin.. ya buat apa?

Bertahun2 saya keukeuh dengan pendapat saya ini meski keliatannya kayaknya aneh dah, gak berperikemasyarakatan yang ada. Tapi, akhirnya, saya menemukan lembaga yang seide dengan saya yaitu https://www.mawaddahindonesia.com (bukan endorse). Ya, ide saya tadi tertuang dalam bentuk real yang dilakukan oleh lembaga ini.

Semoga bagi yang belum menikah, segera Allah temukan jodohnya dan bisa melalui proses sesuai landasan alquran dan as-sunnah, sesuai pemahaman salafush shalih.. aamiin

Oleh fitrirachmawati

Fitri hanyalah seorang manusia yang ingin mempelajari hidup dengan lebih indah, ingin bisa bermanfaat bagi lingkungannya, dan bisa bernilai di mata Allah..
_akhwatfun_

Tinggalkan komentar